Search Article

Rabu, 06 Juli 2011

Manfaat Study Tour

 PENDIDIKAN  tidak hanya persoalan mengajar dan diajar, mendidik dan dididik. Lebih jauh daripada itu, pendidikan adalah proses memahami, menerjemahkan dan mengolah realitas untuk dipergunakan demi kepentingan bersama. Oleh sebab itu, pendidikan butuh variasi dan metode baru untuk menyampaikan pesannya. Salah satu dari metode tersebut adalah studi tour.
Di beberapa sekolah, ada tren yang sudah lama melekat yakni studi Darmawisata. Kegiatan Darmawisata ini biasanya dilakukan pada kelas yang paling atas. Umumnya yang melakukan studi tour ini adalah siswa kelas XII SMA. Objek wisata yang biasanya dikunjungi adalah Bali, khususnya pantai kuta dan beberapa wilayah yang dihuji suku Bali asli. Memang ada objek-objek lain, tapi Bali tetap menjadi primadona untuk studi tour ini.
Studi tour ini dilakukan dalam rangka memperkenalkan budaya lain kepada anak didik. Melalui studi tour mereka diajak untuk melihat, mempelajari dan memahami budaya yang berbeda secara langsung. Artinya, mereka harus berhadapan dengan berbagai fenomena budaya yang sama sekali asing dari sudut pandang mereka sebelumnya.
Namun, dengan mempelajari secara langsung budaya orang lain, para siswa diharapkan mampu mengenal beragam kekayaan budaya yang ada. Di sisi lain, mereka diharapkan juga belajar mengenal dan menerima perbedaan yang ada. Sebab, konsep tentang perbedaan atau pluralisme selama ini hanya sebatas teori di bangku-bangku sekolah. Kini, melalui studi tour, halhal yang selama ini masih abstrak bisa benar-benar menjadi bagian dari kehidupan mereka yang nyata.
Menariknya, studi tour ini bisa dimanfaatkan sebagai waktu untuk rekreasi sekaligus mempelajari pengetahuan baru. Gambaran tentang Bali pasti mengundang orang untuk memikirkan dan membayangkan keindahan Pulau dewata tersebut beserta keindahan Pantainya yang selama ini menjadi impian sebagian besar orang di dunia. Meskipun dalam realitasnya, Bali tidak hanya mempertontonkan keindahan alamnya, tapi juga kekayaan adatnya. Bisa dikatakan bahwa masyarakat Bali adalah salah satu masyarakat di Indonesia yang masih memegang teguh hukum adatnya.
Berdasarkan pengalaman penulis saat mendampingi anak-anak SMA yang lagi studi tour, penulis mendapatkan mereka cukup menikmati kegiatan ini. Walaupun tak bisa ditepis juga, bahwa beberapa di antara mereka menganggap studi tour itu sebagai bentuk rekreasi yang dibungkus dengan kata-kata pelajaran.Namun, secara tak sadar sebenarnya mereka telah memasuki alam budaya dan adat istiadat orang lain.
Yang lebih membuat penulis terheran-heran adalah ternyata ada banyak sekolah yang melakukan studi tour pada bulan yang sama yakni Oktober. Hal ini mengantisipasi UN yang tahun kemarin dilaksanakan lebih awal dari biasanya.
Selain mendapatkan pengetahuan baru dan rekreasi, studi tour juga membangun kebersamaan dan keakraban di antara para pelajar. Ihwal yang di luar dugaan adalah kepekaan dan rasa solidaritas terhadap teman yang tidak mampu memenuhi kewajibannya untuk bisa berangkat ikut studi tour karena  kekurangan biaya.
Dari pengalaman penulis sendiri, beberapa anak melakukan berbagai kegiatan untuk mendapatkan dana dan membantu teman mereka. Jiwa sosialnya ternyata tidak berhenti di situ, mereka juga menyisihkan sebagian uang saku untuk membantu temannya yang kekurangan. Hal ini sesuatu yang jarang ditemukan di antara siswa-siswi zaman sekarang. Situasi yang mendesak telah mampu menumbuhkan perasaan peduli di antara siswa-siswi tersebut.
Studi tour memang telah membuka mata dan telinga mereka akan eksistensi budaya orang lain dengan segala keunikan, perbedaan dan kekayaannya. Meskipun kita menyadari bahwa studi tour tidaklah mampu merepresentasikan kekayaan budaya bangsa kita. Akan tetapi, setidaknya metode belajar seperti ini bisa menjadi salah satu gaya belajar yang bisa dikembangkan di masa yang akan datang.
Pesan yang mau disampaikan pada studi tour ini adalah bahwa belajar itu tidak lagi menyangkut persoalan interaksi antara guru dan siswa, tapi juga interaksi antara guru, siswa dan realitas. Tindakan merefleksikan pengalaman hidup ke dalam tataran literer adalah kunci utama dalam pendidikan. Artinya, kita hidup dalam dunia yang semakin berkembang, berlari, dan berubah. Oleh sebab itu, tindakan belajar dari pengalaman, dan realitas adalah hal yang tak bisa diabaikan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Get Money from Internet

Free SEO Tools